Minggu, 11 September 2016



A.    Landasan Pendidikan [1]
Landasan pendidikan akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia dan serentak dengan itu mendukung perkembangan masyarakat , bangsa dan Negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia. Diantara Landasan pendidikan  adalah:
1.      Landasan Filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat, filsafat berusaha merumuskan citra manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan mencoba mewujudkan citra tersebut. Filsafat pendidikan mencoba menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok seputar pendidikan seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana dan sebagainya, hal ini sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan, dikarenakan hasil pendidikan tidak segera tampak sehingga setiap keputusan dan  tindakan harus diyakini kebenaranya dan ketepatannya meskipun hasilnya masih belum bisa dipastikan.
Di Indonesia sendiri Pancasila bisa digunakan sebagai landasan filosofis, dalam pasal 2 UU-RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk dalam bidang pendidikan adalah pengamalan pancasiladan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: ”Pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri” (Undang-Undang, 1992: 24),
Landasan filosofis dari pancasila yang digunakan dapat pula disebut dengan 36 butir nilai-nilai pancasila, diantaranya:
a.         Ketuhanan yang maha esa
1.   Percaya dan takwa kepada tuhan yang maha esa dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.   Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang beerbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.   Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.   Tidak memaksakan agama dan kepercayaan terhadap orang lain.

b.        Kemanusiaan yang adil dan beradab
1.      Mengakui persamaan drajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.
2.      Saling mencintai sesame manusia.
3.      Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.      Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.      Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.      Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
c.       Persatuan Indonesia
1.      Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
2.      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
3.      Cinta tanah air dan bangsa.
4.      Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka tunggal ika.
d.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1.      Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat
2.      Tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain.
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.      Musyawarah untuk mufakat diliputi rasa kekeluargaan.
5.      Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6.      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moralkepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e.       Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
1.      Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong royong.
2.      Bersikap riil.
3.      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.      Menghormati hak-hak orang lain.
5.      Suka member pertolongan terhadap orang lain.
6.      Menjahui sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.      Tidak bersikap boros.
8.      Tidak bergaya hidup mewah.
9.      Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan orang lain.
10.  Suka bekerja keras.
11.  Menghargai hasil karya orang lain.
12.  Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social.
A.    Landasan sosiologi
Secara etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Secara istilah adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam kelompok. Landasan sosiologis pendididkan adalah analisis ilmiah tentang proses social dan pola-pola interaksi social didalam system pendidikan.
Ruang lingkup yang dipelajari dalam sosiologi pendidikan mencapai 4 bidang:
1.      Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a.       Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b.      Hubungan system pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c.       Fungsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan.
d.      Hubungan  pendidikan dengan kelas social atau system status.
e.       Fungsionalisasi system pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2.      Hubungan kemanusiaan disekolah yang meliputi:
a.       Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan diluar sekolah.
b.      Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah.
3.      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a.       Peranan social guru.
b.      Sifat  kepribadian guru.
c.       Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d.      Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.
4.      Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan sekelompok social lain dalam komunitasnya, yang meliputu:
a.       Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap orgasisasi sekolah.
b.      Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum tidak terpelajar.
c.       Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikan.
B.     Landasan cultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU-RI No 2 tahun 1989pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan sisitem pendidikan Nasional adalah adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Kebudayaan sendiri memppunyai arti segala bentuk hasil karya cipta manusia.
 Pendidika dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaaan dapat dikembangkan dan dilestarikan dari generasi kegenerasi hanya melalui pendidikan, sedangkan bentuk, cirri-ciri, dan proses suatu  pendidikan sangat ditentukan oleh budaya itu sendiri.
Cara mewariskan kebudayaan ditempuh dengan 3 cara yang umum digunakan, yaitu: Informal, nonformal dan formal. Pendidikan informal tejadi dalam keluarga, nonforaml terjadi dalam masyarakat dan yang berkrlanjutan dan berlangsung  dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pendidikan formal  melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan.
Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang social budaya diIndonesia adalah dengan memberlakukan muatan local didalam kurikulum sekolah.
C.     Landasan Psikologi
Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.

Pendidikan selalu melibatkan asspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendididkan. Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, seperti pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis, peserta didik selalu dalam proses perubahan baik saat tumbuh atau berkembang, ke 2 hal ini tidak dapt dipisahkan meskipun dapat dibedakan, pertumbuhan terutama karena faktor internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan disebabkan karena adanya pengaruh lingkungannya.
 psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahan dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa.
B.     Asas-Asas Pendidikan
1.      Asas Tut wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan Diknas pada awalnya merupakan salah satu dari asas 1922 yakni : tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Asas atau semboyan ini dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. dan mendapat dukungan dari positif dari Drs. RMP Sosrokartono dengan menambahkan dua semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha dan Ing Madya Mangun Karsa. Ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.
Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas 1922 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Keadaan yang dapat ditemukan dalam pendidikan berkaitan dengan asas ini antara lain :
a.       Peserta didik mendapat kebebasan dalam memilih pendidikan dan keterampilan yang diminati di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan yang disediakan sesuai potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki.
b.      Peserta didik mendapat kebebasan memilih pendidikan kejuruan yang diminati agar mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja dan bidang yang diinginkan.
c.        Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa mendapat kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan keterampilan yang diminati sesuai dengan gaya dan irama belajarnya.
d.      Peserta didik yang memiliki keistimewaan atau kekurangan dalam fisik dan mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan keadaanya.
e.       Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan memperoleh pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kondisi daerahnya.
f.       Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuanya dengan bantuan dan dari pemerintah masyarakat.

2.      Asas Belajar sepanjang hayat
Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan istilah “pendidikan seumur hidup”. UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
a.    Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b.   Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c.    Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu.
d.   Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
e.    Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses belajar mengajar berdasarkan latar pendidikan seumur hidup yaitu :: membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang hayat.
3.      Azas Kemandirian dalam Belajar
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas tut wuri handayani dan belajar sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus menjalankan peran komunikator, fasiltator, organisator, dsb. Pendidik diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar tersebut. 










HASIL PEMAHAMAN JURNAL

Penulis                         : Drs. Zainul Arifin, Msi
Edisi                            : Maret
Tahun                          : 2005
Judul                           : Sikap Mental Guru Pendidikan Agama Islam
Nama jurnal                 : Jurnal Studi Islam

A.    Sikap Mental
Sikap ini,  dalam spektrum ilmu komunikasi akan membawa pesan-pesan tertentu dari pemilik sikap yang disampaikan kepada obyek tertentu dengan maksud-maksud tertentu pula.
B.     Sikap Mental Guru PAI
Guru pendidikan agama islam dipandang berhasil dalam mengajar bila dapat bekerja secara baik sehingga anak didiknya dapat berkembang sesuai dengan tujuannya. Dalam pendidikan agama islam sikap mental merupakan faktor utama dan karena sangat mempengaruhi kepada anak didiknya. Dalam khazanah falsafah jawa, guru bermakna “gu”, digugu dan “ru”, ditiru. Artinya seorang guru itu akan digugu (dihormati petuah-petuahnya) dan sekaligus ditiru segala apa yang melekat di dalam dirinya.
v  Syarat-syarat yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam untuk menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam :
1.      Memiliki kepribadian mukmin dan muhsin.
2.      Taat untuk menjalankan agama.
3.      Memiliki jiwa pendidik dan kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya.
4.      Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan.
5.      Mengetahui pengetahun ilmu agama.
6.      Tidak mempunyai cacat jasmaniahdan rohaniah dalam dirinya.


v  Menurut Athiyah al Abrasyi yang merupakan ahli pendidikan di mesir, seorang guru agama islam harus mempunyai sikap mental atau sifat-sifat :
1.      Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dalam mengajar.
2.      Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari besar, sifat riya’, dengki permusuhan, perselisihan dan sifat tercela lainnya.
3.      Ikhlas dalam kepercayaan, kejujuran seorang guru dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-muridnya.
4.      Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.
5.      Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya sendiri.
6.      Seorang guru harus memiliki tabiat, pembawaan, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam dalam mendidik murid-muridnya.
7.      Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya.
Hasan Langgulung mengatakan :
“Dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru artinya digugu dan ditiru. Namun dalam paradgma baru pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu relasi aktualisasi sifat-sifat ilahi manusiadengan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.”
Uraian tentang sikap mental guru Pendidikan Agama Islam berdasarkan hal di atas adalah sebagai berikut :
1.      Takwa kepada Allah SWT.
2.      Sehat jasmani rohani.
3.      Berilmu pengetahuan sesuai dengan profesi guru.
4.      Mencintai jabatannya sebagai guru.
5.      Berwibawa.
6.      Bersifat sabar dan ikhlas berkorban.
7.      Manusiawi dan bersifat pemaaf.
8.      Bersikap adil terhadap sesame murid.
9.      Periang dan gembira.
Jika seorang guru Pendidikan Agama Islam mempunyai sikap mental seperti tersebut di atas, maka akan menggambarkan profil seorang guru Pendidikan Agama Islam yang merasa dan dapat  melaksanakan tanggung jawab terhadap pendidikan anak sekolah. Disamping itu guru Pendidikan Agama Islam harus mempunyai sifat keteladanan bagi murid-muridnya dan mengkaitkan penanaman nilai keimanan dan akhlak yang sesuai dengan ajaran islam dan di luar sekolah pun guru hendaknya diakui oleh masyarakat sebagai pendidik.
C.     Penutup
Dengan berbekal kesadaran akan kebutuhan penguatan sumberdaya manusia dalam jangka panjang, maka memang selayaknya pembenahan awal yang harus dilakukan, khususnya dalam dunia pendidikan adalah bagaimana menyiapakan generasi yang memiliki talenta brilian dalam pemahaman dan amaliyah agamanya.
Sebagai pencetak “kotak hitam” dari tip jiwa manusia, maka seharusnya guru PAI juga harus memiliki jiwa yang baik. Apakah mungkin seorang petani yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam olah taanaman, mampu menghasilkan hasil pertanian yang berasal dari bibit yang sangat bervariasi. Walaupun kondisi mental dari para guru bukanlah satu-satunya yang mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, namun itu merupakan kunci keberhasilan pendidikan.








A.      Kesimpulan
a.       Pemahaman dari Buku
Bahwasanya landasan pendidikan akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia dan serentak dengan itu mendukung perkembangan masyarakat , bangsa dan Negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia. Dalam pembentukan manusia Indonesia menggunakan beberapa landasan pendidikan  diantaranya, Landasan Filosofis, Landasan cultural, Landasan Psikologi.
b.      Pemahaman dari Jurnal
Mental Guru  dalam pembentukan manusia indonesia sangat berpengaruh karena gurulah yang patut untuk ditiru dan digugu jika seorang guru metalnya lemah bagaimana cara mengajar terhadap murid-muridnya.
Dan dijelaskan dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru artinya digugu dan ditiru. Namun dalam paradigma baru pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu relasi aktualisasi sifat-sifat ilahi manusia dengan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
c.       Pemahaman pemakalah
Dalam pembentukan manusia indonesia tidak tertuju terhadap landasan-landasan pendidikan tapi dalam pembentukan manusia indonesia mental guru, motivator dan fasilitator preses belajar mengajar yaitu relasi aktualisasi sifat-sifat ilahi juga berpengaruh terhadap pembentukanya.

Belajar tak kenal usia
ASAS 1.jpg
Sorang yang tidak mengenal usia tidak  lelah-lelahnya untuk minimba ilmu walau usia sudah tua tetap ingin bisa.
Cara mendidik anak usia dini
halimun4.jpg
Seorang guru yang turun lanpangan untuk mengenalkan seorang anak dengan suasana alam dan dengan suasana alam seperti itu anak langsung bisa mengerti yang diajarkan oleh gurunya.


Dafatar Pustaka
Hasan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan : Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Tirtarahardja Umar, dkk., Pengantar Pendididkan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008











[1] Prof Dr. Umar Tirtarahardja, dkk., Pengantar Pendididkan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h 81-85